Selasa, 18 November 2014

Jakarta milik semua

Hai para bloggers, Long time banget ini udah ga nulis blog .
dan saat ini saya mau memaparkan sedikit atau mungkin banyak tentang tempat-tempat di sekitar lingkungan monas yang bisa dijadiin tempat yang lebih dari sebelumnya 

Jalan di depan Musium Nasionala

Lalu lalang kendaraan di depan jalan Musium Nasional
Tampak jauh jalanan di depan musium Nasional

Saya dan teman-teman di Jalan depan musium nasional

Penjual lukisan di pinggir jalan, foto diambil dalam bis wisata

Sungai di sekitar jalan,foto diambil dari dalam bis wisata

Keadaan di dalam bis wista

saya dan kawan-kawan

icon mempesona di depan musium nasional

selfie bersama teman di dalam bis wisata


Jalan-jalan dimonas memang sangat seru, apalagi kalau bersama teman-teman.
Liburan gratis yang bisa memacu kreativitas di sekitar kita .
















Dari dalam bis wisata, kita akan banyak mendapat pemandangan yang seru !
Salah satunya mungkin hiliran sungai yang ga gede-gede banget ini bisa dijadikan seperti pasar apung, mungkin tidak ada setiap hari, tapi boleh lah ada setiap acara car free day sekalian juga menarik simpatian para pengunjung



 Mungkin harus ada sedikit perubahan seperti jajanan yg lebih unik dan variatif dan peraturan pembuangan sampah ke sungai yang lebih di perketat.

Jalan lebar dan apik ini , cocok sekali untuk diadakan karnaval seperti festival seluruh pakaian adat yang ada di indonesia mulai dasar sabang sampai marauke , ini sekaligus bisa memberikan edukasi khususnya bagi para anak-anak kecil yang masih dalam bangku SD. Kegiatan ini juga bagus untuk diliput oleh media luar atau dalam negri supaya visit jakarta bisa semakin meluas , tidak hanya bali yang terkenal dari indonesia.



Masih ada banyak hal di sekitar kita yang mampu dikembangkan dengan pandangan yang mungkin sedikit out of box . tapi, hal itulah yang bisa menjadikan indonesia lebih dikenal .

Terima kasih telah mengunjungi blog saya, 
God Bless . 
xoxo ....



























Sabtu, 08 November 2014

My dreams


 Mimpi merupakan sebuah bagian terbesar dalam hidup, bahkan banyak orang yang beranggapan bahwa mimpi merupakan sebuah tujuan hidup yang dicapai.
Apa mimpimu ?
Kapan itu terwujud?
Bagaimana merealisasikannya ?
Kita sering kali di jumpai oleh pertanyaan-pertanyaan seperti itu entah itu dari orang tua, guru, kerabat terdekat dan dari elemen masyarakat lainnya.

Mimpi atau cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas dan mantap dalam kehidupan ini sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun bagi yang menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa api yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya.

Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.

Bagaimanakah jadinya nanti jika kita memiliki beribu-ribu batu bata, berpuluh-puluh karung semen dan berkubik-kubik pasir serta bahan-bahan bangunan yang lain untuk membuat rumah namun kita tidak mempunyai rancangan maupun bayangan seperti apakah bentuk rumah itu nanti. Alhasil, mungkin kita akan mendapatkan rumah dengan bentuk yang aneh, gampang rubuh atau bahkan kita tidak akan pernah bisa membuat sebuah rumah pun. 

Fenomena seseorang tanpa cita-cita bisa dengan mudah kita temui, cobalah tanya kepada beberapa orang siswa SMU yang baru lulus, akan melanjutkan studi di mana mereka atau apa yang akan mereka lakukan setelah mereka lulus. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab tidak tahu, menjawab dengan rasa ragu, atau mereka menjawab mereka akan memilih suatu jurusan favorit di PTN tertentu. Apakah jurusan favorit tersebut mereka pilih karena memang mereka tahu potensi mereka, tahu seperti apa gambaran umum perkuliahan di jurusan tersebut dan peluang-peluang yang dapat mereka raih kedepannya karena berkuliah di jurusan tersebut, sekedar ikut-ikutan teman, gengsi belaka, trend, karena mengikuti “anjuran” orang tua, atau bahkan asal pilih? Yang terjadi selanjutnya adalah di saat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari mereka ada merasa jurusan yang dipilihnya tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan atau tidak sesuai dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu ia akan mengikuti ujian lagi di tahun depan atau malas-malasan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif alakadarnya. Sungguh suatu pemborosan terhadap waktu, biaya dan tenaga.

Dahulu ada sebuah tradisi kurung ayam, balita yang sudah berumur beberapa bulan dikurung dalam sebuah kurungan ayam yang ditutuipi kain. Lalu di sekeliling kurungan tersebut disimpan berbagai macam benda yang mewakili profesi seperti gitar (musisi),
spidol (pengajar/guru), sarung tinju (atlit), pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain. Lalu orang tua akan memperhatikan benda apakah yang pertama kali diambil oleh balita tersebut, jika ia mengambil terompet maka orang tua akan beranggapan sang bayi kelak akan menjadi seorang musisi atau berpotensi menjadi seorang musisi. Namun tampaknya adat semacam ini jarang dilakukan lagi. Nilai yang dapat diambil dari tradisi semacam ini adalah bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi anaknya untuk mengeksplorasi bakat dan minat yang dipunyainya. Dan membantu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita lainnya.

Ketika saya masih TK, di depan guru saya, saya bermimpi untuk menjadi dokter. Dan ketika setelah menonton film kartun kesukaan saya, saya langsung berandai-andai dan bermimpi akan menjadi tokoh kartun atau pun tokoh dalam film yang saya tonton seperti nija hatori, memiliki doraemon, power rangers dan masih banyak lagi. Mungkin ketika saat seperti ini saya menarik kesimpulan bahwa dulu saya TK masih labil dan berlebihan . Tap tujuannya baik, untuk menyelamatkan umat manusia. Meski terkadang masih suka berandai-andai seperti itu . Heheheh

Masa SD, di masa ini saya memiliki cita-cita buat berantem, tauran, jadi agent rahasia atau macam-macam kegiatan ekstrim lainnya . Mungkin karna keseringan diajak nonton film action sama papa.
Hehehehhe . .

Masa SMP , saya sudah mulai mengambil cita-cita sebagai seorang arsitek . Keinginan itu sangat kuat sekali, selain belajar menggambar, saya juga sudah mulai belajar perhitungan matematika untuk membuat sebuah bangunan. Yang saat itu terdengar sangat asik dan seru .

Masa SMA, ini mungkin masa dimana keputusan akhir saya harus membuatkan cita-cita saya, karna dimasa ini saya harus memilih sebuah universitas yang menjadi awal saya dalam menepuh cita-cita saya . Di masa ini banyak sekali timbul pergulatan dalam batin , mulai menimbang-nimbang resiko suatu pekerjaan, mengukur tingkat pekerjaan, dan pendapatan yang dihasilkan dari profesi yang dipilih .
Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seorang pelaku bisnis, keputusan saya ini di dukung oleh keluarga saya yang berharap dapat melanjutkan bisnis yang telah mereka bangun.

Dan memalui waktu dan proses yang panjang , hingga sampai lah saya pada saat ini masa dimana saya merasakan dunia begitu luas dan banyak sekali hal yang terkadang di luar akal sehat. Masa kuliah, di masa ini semakin membulatkan cita-cita saya sebagai seorang pelaku bisnis, menjadi seoarang business woman muda , banyak sekali cita-cita mulai dari membuat sebauh produk atau jasa, dan mengembangkannya dalam skala internasional .